Buku-buku Spiritual Leadership yang Ditulis oleh Stephanus Tedy R.Dapat dibeli di TOKOPEDIA

MENYALIN TEKS ALKITAB DENGAN TANGAN


Stephanus Tedy R.
Bible Lover








Membaca Alkitab beberapa kali akan membuat kita lebih mudah mengingat bagian yang dibaca (melihat).

Membaca Alkitab sambil mendengar suara (mendengarkan Alkitab Audio) membuat bagian yang dibaca akan lebih kuat tertanam (melihat dan mendengar).

Membaca Alkitab beberapa kali sambil mendengarkan dan kemudian menuliskan kembali atau menyalin kembali bagian Alkitab per pokok pikiran, akan melatih diri /disiplin diri.  

Menyalin kembali bagian yang sudah dibaca lebih lanjut akan mendorong pikiran kita untuk berpikir demi memahami bagian Alkitab yang dibaca (melihat, mendengar dan melakukan).

Sejak menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat ditahun 1998, saya terdorong untuk mengenal Tuhan Yesus melalui membaca dan mempelajari Alkitab. Selain itu, ketika melakukan evaluasi diri, jalur kudus (sacred pathways[1]) yaitu cara yang diberikan Tuhan bagi umat pilihan-Nya untuk lebih dekat dan mengenal Tuhan Yesus lebih mendalam;  yang dianugerahkan Tuhan bagi saya adalah melalui mempelajari Firman Tuhan secara intensif.

Sejak tahun 2017, saya mulai menyalin sedikit dari bagian Alkitab yang sudah dibaca secara teratur. Terutama bagian Alkitab yang singkat. Sehari rata-rata cuma 1 perikop (bisa 2 ayat sampai 25 ayat; tergantung panjangnya bagian yang dibaca). Jika perikopnya panjang, akan ditulis di hari berikutnya sampai beberapa hari. Jadi tidak ada paksaan dan keberatan. Jika sedang malas, cuma 2-3 ayat. Jika sedang semangat dan waktu memungkinkan bisa sampai 50 ayat.
Jika sempat, kadangkala salinan itu diwarnai sesuai dengan Bible Color Code.
Sampai tulisan ini dibuat,
·         Injil Yohanes,
·         semua surat-surat di Perjanjian Baru dan
·         Kitab Wahyu
sudah selesai disalin.

Sedangkan Injil Matius, Markus, Lukas dan Kisah Para Rasul, Kitab-kitab sejarah, kitab-kitab puisi dan para nabi di Perjanjian Lama sedang dalam proses penyalinan.
Tidak berurutan, tetapi tergantung doa dan dorongan mood saya. Jika Anda lebih disiplin dapat menyalin lebih cepat lagi.

Waktu begitu lama karena saya menggunakan cara yang tidak lazim, yaitu dengan tulisan tangan. Bukan copy-paste dari ayat Alkitab yang tersedia berlimpah secara online. Setelah selesai menyalin, dikoreksi ulang dengan mendengarkan alkitab audio sambil mencocokan dengan bagian yang sudah ditulis ulang.

Mengapa menggunakan tulis tangan?

Di zaman yang serba mudah dan instan sekarang, menulis dengan pena dan tangan dianggap cara kuno yang sudah berusia ribuan tahun. Tetapi hasil riset[2] menunjukkan banyak benefit jika kita menggunakan tangan sendiri ketika menulis. Ada koordinasi antara mata, otak dan tangan dan otot-otot anggota tubuh tubuh lainnya yang membuat eye and muscle memory, hand memory, dst bersinergis dalam mencerna bagian Alkitab yang dibaca, dipahami dan ditulis. 

Untuk memotivasi pembaca supaya lebih rajin membaca dan mempelajari Alkitab, inilah 8 akibat yang sudah saya alami selama tiga tahun terakhir setelah menyalin Alkitab per perikop menggunakan tangan sendiri.

Catatan:
Akibat-akibat yang dituliskan di bawah ini tidak mutlak, bisa berbeda tergantung dengan karunia rohani dan  sacred pathways setiap orang:
1.     Kekaguman kepada Karya Roh Kudus
40 penulis Alkitab dalam jangka waktu 1500 tahun dan semuanya mulai dari kejadian penciptaan dunia, sejarah bangsa Israel dan pada puncaknya mengarah kepada pribadi Yesus Kristus, Anak Allah, Juru Selamat Dunia. Ada kesinambungan dan konsistensi mulai dari Kitab Kejadian hingga Wahyu. Jika bukan karena karya Roh Kudus dan kasih karunia Allah, tidak mungkin mantan seorang thinker yang agnostik setelah menyelidiki Alkitab bolak-balik dengan seksama dapat menjadi percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang diilhami oleh Roh Kudus.
2.     Ownership-Bukti Buku Kehidupan.
Secara mental, saya melihat hidup saya ada dalam tulisan yang saya hasilkan. Salinan tulisan tangan sendiri membuat saya lebih menghargai Alkitab karena sudah meluangkan sebagian hidup saya ketika menuliskan ulang bagian Alkitab yang sudah dibaca, walaupun hanya beberapa menit perhari.
Secara praktis, ada bukti nyata secara fisik bahwa saya sudah membaca Alkitab. Ketika membaca hasil salinan sendiri, memperkuat semangat saya untuk menjalani hidup hari itu dan kembali menyalin di hari berikutnya.
3.     Tulisan tangan akan menjadi lebih baik dan jelas.
Karena sudah 27 tahun terbiasa menggunakan tuts keyboard di PC dan laptop dan tidak menulis tangan dengan teratur; ketika memulai menulis, tulisan tangan saya begitu jelek dan agak sulit dibaca. Sehingga saya sedikit malu waktu sadar orang lain juga akan ikut membaca hasil salinan saya. Tetapi setelah beberapa bulan menulis, tulisan mulai terlihat rapih dan mudah dibaca sehingga jika ada orang yang membacanya, saya malah bersyukur.
4.     Membantu melihat dan mempelajari Alkitab dalam Gambaran Besar.
Untuk menulis tangan dengan baik dan benar, diperlukan pemahaman bagian Alkitab yang dibaca. Biasanya perikop ybs dibaca sampai 3 kali. Pertama, secara cepat untuk mendapat gambaran umum. Kedua, agak lambat, untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi (6W + 1H). Dan terakhir secara perlahan untuk membedakan apakah perikop ini berbicara tentang Allah, Manusia, Dosa, Janji, Contoh/Teladan dan Perintah, Anjuran, atau Larangan. Jika masih belum paham, akan dipakai Kamus Alkitab, Konkordansi, Komentari, Sejarah Latar Belakang dan alat bantu pemahaman Alkitab lainnya. Kadangkala membandingkan berbagai versi terjemahan Alkitab. Melihat juga versi bahasa asli alkitab (Ibrani, sedikit Aram dan Yunani) menggunakan bantuan Apps yang banyak tersedia di sistem operasi Android dan iOS. Bisa melihat bahwa Perjanjian Baru ditulis menggunakan dasar Perjanjian Lama. Bisa melihat dengan jelas tema-tema PL ditulis lagi dalam berbagai Kitab Injil, sejarah, nubuat dan Surat-surat dalam Perjanjian Baru.
5.     Berdoa lebih sering dan lebih bersemangat.
Sebelum mulai menyalin, saya lebih dahulu berdoa mohon pimpinan Roh Kudus supaya dapat memahami bagian Alkitab yang dibaca dan menyalin dengan ketepatan dan ketelitian yang tinggi. Setelah selesai, selalu berdoa singkat atas tuntunan Roh Kudus. Dorongan berdoa untuk orang yang banyak tidak terlalu saya kenal mulai muncul. Saya juga berdoa buat orang-orang yang pernah menyakiti saya, baik langsung dan tidak langsung.
6.     Roh Kudus jelas berbicara kepada saya melalui ayat yang disalin.
Ketika proses menulis banyak kemarahan, kebencian, ketakutan, kekuatiran, kekesalan hati, kekecewaan, iri hati, keinginan membalas dendam dicairkan pelan-pelan oleh Roh Kudus melalui Firman yang saya salin. Firman Tuhan membersihkan hati saya. Timbul kasih kepada isteri, anak, saudara, keluarga, teman-teman pelayanan, gereja, umat Kristen secara umum. Timbul kasih dan kerinduan supaya semua orang dapat mengenal Tuhan Yesus. Kadang-kadang ketika sedang menyalin dan sudah lewat tengah malam ada suara yang halus dalam hati saya yang mengingatkan kembali atas peristiwa sepanjang hari itu dan mendorong untuk meminta maaf atas perkataan atau perbuatan saya yang mungkin menyinggung atau mungkin melukai orang lain.
Sudah lupa berapa banyak saya menangis dan berdoa untuk orang-orang yang tidak saya kenal.
7.      Persiapan khotbah ekspositori seumur hidup.
Biasanya salinan ditulis di atas kertas loose leaf bergaris ukuran B5. Sehingga lembar yang sudah ditulis dapat dipindah dengan mudah. Mata pena gel ukuran 0.5 mm. Mata pena tinta minyak biasanya ukuran 0.7 atau 1.0 mm. Menggunakan stabilo atau highlighter minimum 8 warna untuk color code. Jika bagian yang disalin tidak rusak dan tidak hilang, akan dapat dipakai seumur hidup untuk mempersiapkan khotbah ekspositori. Dalam mempelajari Alkitab secara Induktif, menyalin teks, memilah-milah dan mencari relasi antar teks sudah mengerjakan hampir 40-50 % dari persiapan khotbah ekspositori sebelum memasuki proses eksegese dan hermeneutik.
8.     Sintesis.
·         Melihat perkembangan dunia, kejahatan manusia, kemajuan teknologi, berita-berita yang ada di media dengan pandangan yang berbeda.
·         Bisa membaca buku-buku Teologi, kotbah, buku-buku rohani seperti me-review (ada semacam peristiwa deja vu - saya sudah pernah ada disana sebelumnya) karena sangat familiar dengan topik yang dibahas.
·         Bisa melihat dengan jelas apakah suatu pengajaran yang dibawakan seseorang itu merupakan satu tafsiran terbatas (ayatiah) atau menyeluruh (Alkitabiah).
·         Kadangkala saya bisa melihat bahwa renungan atau khotbah yang dibawakan orang tersebut bukan dia yang membuat atau dibuat dalam waktu yang terdesak. Atau melihat pola inkonsistensi antar point yang disampaikan ybs mengambil khotbah dari tempat lain dan dikhotbahkan kembali.
·         Kadangkal bisa “sense” atau “membaca” motivasi seorang pengkhotbah di mimbar dan pengajar Alkitab.
·         Kadangkala ketika sedang sharing atau mengajar saya melihat gambaran singkat atau kondisi tertentu tentang hidup seseorang yang ada di depan saya.
·         Bisa mempelajari hal baru dan skill baru dengan lebih cepat dan efektif.
·         Bisa melihat dan mendiagnosis masalah utama dan hubungan-hubungan lainnya dalam organisasi dan perusahaan dimana saya terlibat.
·         Menjadi lebih cerdas.


[1] Gary Thomas, Sacred Pathways: Discover Your Soul's Path to God, Zondervan; Enlarged ed. edition (October 3, 2010)



MENGUKUR PERTUMBUHAN ROHANI SEORANG PEMIMPIN


BUAH ROH
SEBAGAI KEY SPIRITUAL GROWTH INDICATOR (KSGI)


Dalam segala bidang kehidupan ada suatu alat bantu pengukuran apakah kita berhasil dalam menjalaninya. Misalnya dalam perjuangan kita menurunkan berat badan untuk melawan obesitas, kita menggunakan standar kilogram (KG) untuk mengukur keberhasilan kita. Dalam pendidikan ada buku rapor pendidikan yang menjadi indikator dan menunjukkan nilai keberhasilan kita dalam menjalani proses belajar. Dalam bisnis ada pengukuran yang disebut Key Performance Indicator (KPI); suatu alat bantu pengukuran yang menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menjalankan aktivitas yang terlihat dari penjualan, biaya, profit yang dicapai, nilai per lembar saham, turn-over barang dan seterusnya. Seorang pemimpin perusahaan akan fokus kepada hal-hal ini untuk dikelola, sehingga lebih mudah baginya untuk mengelola segala sesuatu dengan alat bantu seperti ini.
Jika kita tidak dapat mengukurnya, maka kita tidak dapat mengelolanya (If you cannot measure it, you cannot manage it).

Saya tergoda untuk menyelidiki apakah dalam bidang pertumbuhan rohani dan pengenalan kita kepada Kristus ada alat bantu untuk mengukurnya. Bukan berdasarkan pendapat manusia yang bisa berbeda menurut manusia itu sendiri (dan bisa diperdebatkan), tapi terutama berdasarkan pendapat Firman Tuhan / Alkitab. Saya percaya Alkitab sebagai pedoman seluruh umat Allah pasti akan memuat hal yang sangat kritis ini.

Ternyata Allah sudah memberikan teladan melalui tindakan yang dilakukan Allah sejak manusia diciptakan; khususnya melalui Yesus Kristus. Teladan Allah ini bisa kita jadikan sebagai patokan dalam pertumbuhan rohani kita. Coba baca ayat paling populer sepanjang masa berikut:
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)
Kata kunci dari ayat di atas adakah kasih Allah. Berdasarkan kasih itu, Allah bertindak menyerahkan anak-Nya yang tunggal. Rasul Paulus dengan tajam menangkap pesan ini dan menuliskannya kembali dalam 1 Korintus 13:1-3:
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

Apakah kasih itu?
Rasul Paulus menjelaskan dalam ayat berikutnya (4-8a):
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan;.... (1Korintus 13:4-8a)
Jadi dari kata kunci kasih memiliki penjabaran: sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, tidak berkesudahan (kekal). 

Apakah ada ayat lain dalam Alkitab yang mirip dan mendukung perilaku kasih seperti di atas ?

Ternyata ada.

Mari kita lihat tulisan Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia:
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (Galatia 5:13-14)
Kasih.

Kata yang sama terulang dengan tegas. Berikutnya Rasul Paulus menunjukkan bagaimana kasih itu memiliki buah (buah Roh) yang menjadi sarana bagi kita untuk mengukurnya. Ia mengkontraskan buah Roh dengan  buah daging / keinginan daging /perbuatan daging.
Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (16-18)
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (19-21)
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. (22-24)
Jika kita sandingkan 1 Korintus 13:4-8a  dan  Galatia 5:22-23:
1 Korintus 13:4-8a
Galatia 5:22-23

  1. ·         sabar,
  2. ·         murah hati,
  3. ·         tidak cemburu,
  4. ·         tidak memegahkan diri,
  5. ·         tidak sombong,
  6. ·         tidak melakukan yang tidak sopan,
  7. ·         tidak mencari keuntungan diri,
  8. ·         tidak pemarah,
  9. ·         tidak menyimpan kesalahan orang lain,
  10. ·         tidak bersukacita karena ketidakadilan,
  11. ·         menutupi segala sesuatu,
  12. ·         percaya segala sesuatu,
  13. ·         sabar menanggung segala sesuatu,
  14. ·         tidak berkesudahan. 

  1. ·         kasih,
  2. ·         sukacita,
  3. ·         damai sejahtera,
  4. ·         kesabaran,
  5. ·         kemurahan,
  6. ·         kebaikan,
  7. ·         kesetiaan,
  8. ·         kelemahlembutan,
  9. ·         penguasaan diri.

Kita gabungkan kedua ayat ini, maka akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang karakter yang dikehendaki Tuhan dalam diri setiap anak-anak Tuhan.

1.     Kasih...
2.     sukacita, (tidak bersukacita karena ketidakadilan),
3.     damai sejahtera: hidup damai dengan semua orang (tidak cemburu),
4.     kesabaran (sabar menanggung segala sesuatu),
5.     kemurahan (murah hati, tidak menyimpan kesalahan orang lain),
6.     kebaikan (baik hati, tidak mencari keuntungan diri, tidak sombong),
7.     kesetiaan
8.     kelemahlembutan (menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu),
9.     penguasaan diri (tidak melakukan yang tidak sopan),
Inilah Key Spiritual Growth Indicator.
Banyak baca Alkitab, banyak berdoa, banyak bersekutu, banyak melayani ujungnya adalah bertumbuh yaitu pengembangan karakter. Berapapun banyaknya pelatihan, camp, retret atau pemberdayaan yang kita ikuti harus ada buahnya yaitu: pengembangan karakter/buah Roh (buah kasih).

Tanpa kasih, segala sesuatu (segala karunia Roh, segala jenis pelayanan, persekutuan, doa yang lama dan penuh pengorbanan, persembahan, dst),  akan sia-sia.

Jika ada seseorang mengaku sebagai anak Tuhan, tapi tidak memenuhi 50% dari 9 rasa / point di atas, maka Anda sudah tahu anak siapa dia sebenarnya.

Sekarang mari kita bedah satu persatu buah Roh ini.

Buah Roh Kudus menjadi matang melalui berbagai masalah/ujian yang dihadapi dan disiplin yang dijalani dalam perjalanan hidup kita. Rasul Yakobus memotivasi kita agar selalu bertekun ketika iman kita sedang diuji.
sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. (Yakobus 1:3-4) 
Buah Roh Kudus yang sudah matang bisa dinikmati oleh orang lain (Mat. 3:8) dan memuliakan Allah Bapa (Flp. 1:11). Buah Roh pada akhirnya akan menghasilkan kekudusan (Rm. 6:22)
Buah Roh (ho karpos tou pneumatos) yang dijabarkan Rasul Paulus dalam Galatia 5:19 adalah hasil yang harus tampak sebagai bukti dari pekerjaan (erga) Roh Kudus dalam diri kita. Buah Roh adalah 1 (satu) buah yang akan muncul dalam diri seseorang yang terwujud dalam 9 (sembilan) rasa.
Studi kata berikut dirangkum dan dikembangkan dari Word Pictures in the New Testament dari A.T. Robertson, Adam Clarke Commentary on the Whole Bible dan Thayer's Greek-English Lexicon of the New Testament karya Joseph Thayer[i]:
Kasih (Αγαπη = agapē). Suatu keinginan yang kuat dan berkelanjutan untuk  menyenangkan Allah dan melakukan hal-hal yang baik kepada sesama manusia. Inilah yang menjadi inti (jiwa dan roh) dari kerohanian yang benar; untuk mentaati Allah dan yang memberi energi kepada iman itu sendiri. (Lihat Gal. 5:6) Kasih dengan panjang lebar sudah dijelaskan dalam 1 Korintus 13:1-13.  Kasih Agape adalah kasih Allah sendiri. Lebih tinggi dari kasih philia (kasih persaudaraan/persahabatan), storge (kasih kekeluargaan) dan kasih erōs (cinta berahi/kasih suami-isteri).
Sukacita (Χαρα = chara). Sukacita ini muncul dari rasa bersyukur karena jiwa yang sudah diampuni dari kejahatan dan dibebaskan dari dosa karena belas kasihan Allah. Sehingga dilayakkan untuk masuk dalam kemuliaan kekal. (Rm. 5:2). Oleh Roh Kudus kita diberikan kemampuan untuk bersukacita dalam penderitaan.
Damai Sejahtera (Ειρηνη = eirēnē) adalah kemantapan, ketenangan, dan keteraturan yang tinggal dalam jiwa yang sudah diselamatkan. Damai sejahtera menggantikan keragu-raguan, ketakutan, rasa tidak aman, dan firasat mengerikan dari orang berdosa yang belum ditebus. Damai sejahtera adalah rasa buah yang pertama kali muncul atas pengampunan dosa. Rasul Paulus menyatakan:
Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus (Roma 5:1).
Damai sejahtera hanya bisa diperoleh seorang Putera jika ia memiliki pola berpikir/konsep yang benar tentang Allah Bapa. Memiliki rasa cukup (fokus pada kebutuhan, bukan pada keinginan). Tanpa damai sejahtera tidakmungkin seorang Putera bisa melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya dengan tulus.
Ketiga rasa buah Roh di atas yaitu kasih, sukacita dan damai sejahtera menunjukkan kualitas hubungan kita dengan Tuhan.
Kesabaran (Μακροθυμια = makrothumia). Berkaitan dengan berpikiran panjang dan jauh ke depan. Tahan menghadapi kelemahan dan tidak terpancing dengan sikap orang lain yang menyebalkan, karena meyakini bahwa Tuhan sendiri sudah menderita bagi kita. Kesabaran juga berkaitan dengan tahan menghadapi penderitaan dan kejadian yang tidak mengenakkan, sehingga dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Rasul Paulus memperjelas konsep kesabaran melalui surat kedua kepada Jemaat di Korintus:
Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; (2Korintus 6:4-6)
Kemurahan (Χρηστοτης = chrēstotēs). Kemurahan hati, keramahan, sebuah anugerah yang sangat langka. Karakter ini sangat diharapkan oleh mayoritas dari para pengikut Kristus sejati. Inilah yang membedakan orang Kristen dengan orang-orang lainnya. Pendidikan yang baik dan perilaku sopan-santun yang didukung oleh anugerah karakter kemurahan ini akan memiliki dampak yang luar biasa.
Kebaikan (Αγαθωσυνη = agathōsunē). Kerinduan abadi dan keinginan yang tulus untuk bukan hanya menghindari kejahatan, tapi melakukan kebaikan kepada tubuh dan jiwa manusia semaksimal mungkin. Tapi semua tindakan ini harus bersumber dari hati yang baik yaitu hati yang sudah dimurnikan oleh Roh Kudus. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. (Lukas 6:44)
Ketiga rasa buah Roh di atas yaitu kesabaran, kemurahan dan kebaikan menunjukkan kualitas hubungan kita dengan sesama manusia.
Kesetiaan (Πιστις = pistis). Kata pistis di sini digunakan untuk kesetiaan - ketepatan dalam memenuhi janji. Melaksanakan komitmen. Mengembalikan barang yang dipinjam. Merawat barang yang dipercayakan kepada kita. Kejujuran dan saling percaya dalam transaksi bisnis. Politikus yang memenuhi janji kampanye. Pejabat yang melayani dengan jujur dan tidak berlambat-lambat. Menjaga rahasia yang dipercayakan kepada kita. Jika seseorang bekerja, ia akan mengerjakan dengan sebaik-baiknya dan berusaha tidak mengecewakan majikan atau atasan.  Kesetiaan adalah dapat diandalkan, dapat dipercaya atau layak dipercaya. Kata kesetiaan digunakan juga untuk kata iman/percaya.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (Matius 23:23).
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. (Matius 25:23)
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1 Korintus 13:7).
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. (1 Korintus 13:13).
Kelemahlembutan (Πραοτης· = prautēs). Kelembutan. Tidak kasar atau kejam terhadap orang yang lemah, menderita atau orang berdosa. Jika ia pernah dilukai dan ada kesempatan membalas, ia tidak membalas dendam. Lemah lembut bertolak belakang dengan angkara murka (anger). Lemah lembut juga sangat berbeda dengan lemah gemulai, ketidaktegasan, tidak bisa membuat keputusan atau kelemahan karakter. Kelemahlembutan mengandung arti kuda jantan liar, dewasa dan perkasa, tapi sudah dijinakkan. Orang yang lemah lembut, menunjukkan kombinasi kekuatan, pengendalian diri dan keanggunan. Mengendalikan diri dari semua emosi negatif dan hawa nafsu jahat.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.  (Matius 5:5)
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.  (Matius 11:29)
Apakah yang kamu kehendaki? Haruskah aku datang kepadamu dengan cambuk atau dengan kasih dan dengan hati yang lemah lembut? (1Korintus 4:21).  
Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah. (2Korintus 10:1)
Penguasaan diri (Εγκρατεια· = egkrateia)[ii]. Pertarakan - kontinensia, membatasi diri atau moderasi, terutama berkaitan dengan nafsu sensual atau nafsu hewani. Membatasi diri dalam makan, minum, tidur, dll.
Tetapi ketika Paulus berbicara tentang kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang, Feliks menjadi takut dan berkata: "Cukuplah dahulu dan pergilah sekarang; apabila ada kesempatan baik, aku akan menyuruh memanggil engkau." (Kisah Para Rasul 24:25)
dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (2Petrus 1:6)
Ketiga rasa buah Roh di atas yaitu kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri menunjukkan kualitas hubungan pribadi kita dengan diri sendiri.
Jika kita gambarkan, 9 rasa buah Roh beserta kualitas hubungan pribadi kepada Allah, kepada sesama dan kepada kepada diri sendiri akan membentuk salib seperti berikut:

  
Seorang anak Tuhan dan seorang Pemimpin yang hidupnya dihiasi oleh 9 rasa buah Roh di atas, tidak dapat dihukum oleh hukum apapun; karena tujuan keseluruhan dan rancangan hukum moral Allah terpenuhi pada anak Tuhan yang memiliki Roh Allah.
Buah Roh yang sudah dihasilkan dalam hati seorang anak Tuhan akan terus menerus dirawat dan dikembangkan; dan menjadi matang, sehingga Anda sebagai seorang anak Tuhan siap menjadi seorang Bapa/Ibu rohani bagi anak Tuhan lain yang masih bertumbuh.





[i] Archibald Thomas Robertson, Word Pictures in the New Testament, B&H Academic; Concise edition (August 1, 2000).  Adam Clarke's,  Commentary on the Whole Bible-Volume 6A-Romans through Colossians, [Kindle Edition], 31 August, 2011.  Joseph Thayer, Thayer's Greek-English Lexicon of the New Testament: Coded with Strong's Concordance Numbers, Rei Sub edition, Hendrickson Publishers; 1996.
[ii] Kata egkratēs, hanya terdapat dalam Kisah Para Rasul 24:25 dan 2Petrus 1:6. Paulus memiliki daftar yang lebih baik daripada empat kebajikan utama filsafat aliran Stoa yaitu pengendalian diri (temperance), kehati-hatian (prudence), ketabahan (fortitude), keadilan (justice). Kata Pengendalian diri (temperance), sama-sama digunakan, tapi kebaikan lebih baik daripada keadilan, kesabaran lebih baik daripada ketabahan, kasih lebih baik daripada kehati-hatian. Paulus sendiri pernah dididik dengan pola pikir filsafat Stoa di bawah bimbingan Rabi Gamaliel.