Source: http://www.bibleseries.tv/wp-content/uploads/2013/09/captioned-King-David-Seduces-Bathsheba.jpg
|
Salah satu bahaya yang mengancam para pemimpin di puncak keberhasilan adalah merasa puas dan terbenam dalam zona nyaman. Apalagi jika tidak ada orang yang mengingatkan, ia bisa membandingkan dirinya dengan pemimpin lain. Merasa lebih superior dan jatuh dalam kesombongan. Maka pemimpin ini sudah pasti dijadikan sasaran Iblis untuk dijatuhkan. Alkitab berkata:
Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!
—1 Korintus 10:12
Raja Daud sudah melatih dan memberdayakan semua jenderalnya, sehingga ketika mereka berperang, ia tidak usah repot-repot maju memimpin ke medan pertempuran. Raja Daud adalah pemimpin yang bertipe Angin-Tanah (Sanguine-Melankolik). Maka segala tindakannya dipengaruhi suasana hati. Tipe ini bisa menjadi manik-depresif. Ia bisa sangat aktif. Sikapnya ekstrim. Bisa ekstrim marah dan bisa ekstrim sedih. Karena terbiasa aktif, Raja Daud tetap tidak bisa diam. Ia merasa bosan dan naik ke atas sotoh rumah dan melihat pemandangan yang tidak biasa. Kontras sekali dengan Yusuf yang melarikan diri ketika digoda isteri Potifar, Raja Daud dengan kehendak bebas memilih untuk bertindak sebaliknya. Penulis Alkitab dengan jujur kemudian mencatat:
Lalu Daud menyuruh menanyakan siapa wanita itu, dan diberitahu kepadanya bahwa wanita itu bernama Batsyeba; ayahnya bernama Eliam dan suaminya adalah Uria orang Het. Daud menyuruh menjemput wanita itu, dan setelah ia datang ke istana, Daud tidur bersamanya. (Batsyeba baru saja selesai melakukan upacara penyucian sehabis haid). Lalu pulanglah ia ke rumahnya.
— 2 Samuel 11:3-4; BIS
Saya mencatat ada 4 bahaya yang menimpa para pemimpin yang dianggap berhasil atau merasa diri berhasil.
1. Zona Nyaman (Comfort zone). Puas melihat pertumbuhan jumlah orang tapi bukan pertumbuhan kualitas. Puas dengan posisi kepemimpinan produk atau jasa yang ada sekarang sehingga tidak melakukan usaha memperpanjang daur hidup produk atau jasa melalui inovasi. Puas dengan jumlah cabang perusahaan yang ada sekarang sehingga tidak peka terhadap strategi dan taktik para pesaing yang melakukan jurus copy dan berikan nilai tambah yang lebih baik, dst.
2. Lebih besar kuasa dan wewenangnya, sehingga orang-orang di sekitar lingkaran kekuasaan, tidak berani dan takut mengatakan kebenaran. Tindakan Daud memanggil isteri orang lain dan mengajak tidur jelas sudah salah. Tapi pengawalnya tidak berani memberikan peringatan. Mungkin juga mereka sudah melihat sikap manik depresif Daud selama mengikuti dia. Jadi mereka takut disikat Daud jika memberikan peringatan. Sindroma ini sudah menimpa banyak pemimpin politik di berbagai Negara. Sudah tahu atasan melakukan pelanggaran tapi tidak berani memberitahu dan menegur. Bahkan para bawahan ikut serta dalam melakukan tindakan pelanggaran.
3. Usulan Pemimpin menjadi perintah. Daud berangan-angan minum air perigi Betlehem. Sekiranya ada orang yang memberi aku minum air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang!" (2 Samuel 23:15) Kata sekiranya menunjukkan bahwa Daud hanya berandai-andai. Ucapan itu diucapkan sambil lalu oleh Daud. Bukan perintah. Tapi beberapa orang perwiranya menganggapnya sangat serius.
Lalu ketiga pahlawan itu menerobos perkemahan orang Filistin, mereka menimba air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang, mengangkatnya dan membawanya kepada Daud.
— 2 Samuel 23:16a
4. Tidak ada accountability partner. Sehingga pemimpin jatuh dalam dosa. Memang nabi Natan muncul sebagai pemberi peringatan Tuhan (2 Samuel 12:1-14). Tapi ia datang bukan sebagai accountability partner yang mencegah Daud berbuat salah. Sebaliknya ia datang sebagai pembawa pesan hukuman pembalasan Tuhan yang mengerikan kepada keluarga besar Daud. Hukuman itu berlipat-lipat karena posisinya sebagai pemimpin yang dengan segala kuasa dan otoritasnya seharusnya melindungi rakyat, tapi malah menjarah isteri bawahannya dan membunuh Uria, suami perempuan itu. Sungguh mengerikan. Jika saat ini ada pemimpin yang melakukan pelanggaran dan lolos dari jeratan hukum, Tuhan Allah pasti tidak akan tinggal diam. Jika yang bersangkutan seolah-olah lolos karena dengan segala cara berkelit, tidak mau bertobat, tidak mau mengakui dan menebus kesalahannya selama ia hidup, maka ketika ia meninggal, penghakiman Tuhan berlipat-lipat dalam kekekalan pasti sudah menanti.
Kiranya Firman Tuhan selalu memberi terang dan Roh Kudus selalu membimbing kita semua. Amin.
0 comments:
Post a Comment